Semuanya punya fungsi, Kekurangan, dan Kelebihan masing - masing. Ada yang menjunjung tinggi teori, sehingga mengesampingkan praktek, sehingga ketika menemui kesulitan waktu praktek yang tidak sesuai dengan teori, menjadi bingung dan kesulitan. Begitupula sebaliknya, ada yang menjunjung tinggi praktek, dan mengesampingkan teori, sehingga waktu praktek dan tidak tau ilmu teorinya, akhirnya bingung juga dan menjadi serampangan.
Sebagai contoh kecil, dalam keilmuan Hipnosis ada beberapa tahapan yang harus di lakukan untuk "menidurkan" klien, salah satunya yaitu induksi, nah kalau diterapkan dalam praktek nyata, induksi ini tidak berlaku pada klien balita atau klien yang mengalami depresi berat yang tidak mau bicara sama sekali karena lebih memilih untuk diam. Justru yang berlaku untuk Building Raport nya yaitu pendekatan secara fleksibel dan alamiah diawal, untuk tetap berhasil membawa klien ke kondisi trance. ( Contoh kondisi fleksibel dan alamiah yang saya maksud yaitu, kalo kliennya balita bisa di gendong dulu, bisa diajak main dulu, dikasih apa yang disukai dulu, dlsb. Disini vibrasi Hipnoterapis juga berlaku. Kalau yang mengalami depresi berat, bisa digunakan cara story telling, di minta untuk menulis keluhannya, dlsb. ).
Contoh lagi misalnya seorang Hipnoterapis yang baru praktek dan belum punya pengalaman untuk problem solving ( pemecahan masalah ) ketika sedang memberikan Hipnoterapi kepada klien, tetapi ditengah perjalanan si klien bangun secara tiba - tiba. Dan itu semua diluar dari teori teori yang pernah dipelajari. Akhirnya yang terjadi apa, ya mungkin si Hipnoterapisnya bisa malu, gak punya kata - kata lagi dan menjadi Eror sendiri. Dan saya yakin, kejadian seperti ini banyak terjadi pada kebanyakan praktisi Hipnotis dan Hipnoterapis.
Solusinya, butuh keseimbangan dan penguasaan antara teori, praktek, fleksibilitas, dan kemampuan untuk problem solving.
Semoga bermanfaat ya temans.
Sebagai contoh kecil, dalam keilmuan Hipnosis ada beberapa tahapan yang harus di lakukan untuk "menidurkan" klien, salah satunya yaitu induksi, nah kalau diterapkan dalam praktek nyata, induksi ini tidak berlaku pada klien balita atau klien yang mengalami depresi berat yang tidak mau bicara sama sekali karena lebih memilih untuk diam. Justru yang berlaku untuk Building Raport nya yaitu pendekatan secara fleksibel dan alamiah diawal, untuk tetap berhasil membawa klien ke kondisi trance. ( Contoh kondisi fleksibel dan alamiah yang saya maksud yaitu, kalo kliennya balita bisa di gendong dulu, bisa diajak main dulu, dikasih apa yang disukai dulu, dlsb. Disini vibrasi Hipnoterapis juga berlaku. Kalau yang mengalami depresi berat, bisa digunakan cara story telling, di minta untuk menulis keluhannya, dlsb. ).
Contoh lagi misalnya seorang Hipnoterapis yang baru praktek dan belum punya pengalaman untuk problem solving ( pemecahan masalah ) ketika sedang memberikan Hipnoterapi kepada klien, tetapi ditengah perjalanan si klien bangun secara tiba - tiba. Dan itu semua diluar dari teori teori yang pernah dipelajari. Akhirnya yang terjadi apa, ya mungkin si Hipnoterapisnya bisa malu, gak punya kata - kata lagi dan menjadi Eror sendiri. Dan saya yakin, kejadian seperti ini banyak terjadi pada kebanyakan praktisi Hipnotis dan Hipnoterapis.
Solusinya, butuh keseimbangan dan penguasaan antara teori, praktek, fleksibilitas, dan kemampuan untuk problem solving.
Semoga bermanfaat ya temans.
Terimakasih
www.rumahhipnotissolo.com
0 comments :
Posting Komentar